Kaguya Hime
Suatu
hari sang kakek sedang pergi ke hutan bambu untuk memotong bambu. Saat ia
memilih-milih bambu, tiba-tiba ia melihat sebatang pohon bambu yang bersinar
keemasan. Pohon bambu tersebut seakan-akan meminta kakek agar segera
menebangnya. Kakek pun memotong pohon bambu itu. Betapa terkejut hatinya
setelah memotong sebuah bambu karena dari dalamnya muncul sinar keemasan. “Apa
ini ya?” tanya kakek dalam hati. Lalu didekatinya batang bambu yang
mengeluarkan sinar keemasan itu. Ternyata dari dalam batang bambu tersebut
terdapat seorang bayi perempuan yang mungil. Dengan gembira kakek membawa bayi
itu pulang ke rumah. Kakek dan nenek merawat bayi perempuan itu dengan penuh
kasih sayang. Mereka menamakannya Kaguya.
Sejak
saat itu setiap kali kakek ke hutan untuk memotong bambu, ia selalu menemukan
sebatang pohon bambu yang bersinar keemasan. Setelah dipotongnya ternyata
batang bambu tersebut berisi uang emas. Dengan uang emas itu mereka tidak perlu
lagi bekerja keras. Mereka hidup berkecukupan dalam membesarkan putri mereka.
Kaguya
tumbuh menjadi seorang putri yang sangat cantik jelita. Rambutnya hitam
bersinar, kulitnya kuning keemasan, dan wajahnya pun seakan-akan mengeluarkan
cahaya yang menyilaukan mata. Berita tentang kecantikannya tersiar ke seluruh
penjuru negeri. Setiap hari datang berbagai macam pria yang ingin meminangnya.
Tetapi sang putri selalu menolaknya. Suatu hari datanglah lima orang yang ingin
meminang sang putri. Sang putri memberikan lima buah syarat yang sangat berat
kepada mereka.
Pria
pertama bertugas mencarikan mangkuk asli sang Budha yang dapat mengeluarkan
cahaya kemilauan. Pria kedua bertugas mencarikan bunga Azaela emas dan perak
seperti dalam legenda. Pria ketiga bertugas mencarikan tikus api dari China.
Pria keempat bertugas mencarikan permata naga yang berwarna-warni. Sedangkan
pria kelima bertugas mencarikan kerang laut burung walet.
Namun
setelah ditunggu beberapa waktu lamanya, kelima pria itu datang dengan membawa
benda-benda palsu semua. Pria pertama membawa mangkuk biasa yang tidak
mengeluarkan sinar sama sekali. Pria kedua datang dengan membawa tanaman bunga
Azaela dengan sepuhan emas dan perak. Pria ketiga membawakan tikus-tikus yang
bulunya diwarna dengan pewarna merah. Pria keempat membawakan batu permata
biasa. Sedangkan pria kelima juga hanya membawakan kerang yang ia temukan di
pantai. Akhirnya kelima pria itu tidak satupun yang berhasil meminang sang
putri. Mereka pulang ke negerinya masing-masing dengan kecewa.
Suatu hari di musim gugur, dengan
mata berkaca-kaca sang putri menatap cahaya bulan di langit.
“Putriku, apa yang sedang kau
pikirkan?” tanya kakek dan nenek dengan khawatir.
“Kakek, Nenek, saat ini saya sedang
sedih. Saya sebenarnya berasal dari negeri Bulan. Tanggal 15 bulan ini saya
akan dijemput untuk kembali pulang ke negeri saya” kata sang putri dengan
berlinang air mata.
Mendengar
penjelasan sang putri, betapa sedih hati kakek dan nenek. Mereka tidak ingin
kehilangan putrinya. Maka mereka melaporkan kepada penguasa daerah setempat
agar mengirimkan pasukannya untuk menjaga sang putri.
Akhirnya,
pada tanggal 15, ketika bulan sedang bersinar dengan terang, rumah sang putri
dijaga oleh berpuluh-puluh samurai yang bersenjatakan panah dan tombak. Mereka
berdiri di atap rumah dan sekeliling rumah sang putri. Ketika tepat tengah
malam, tiba-tiba dari arah bulan purnama muncullah sebuah kereta yang bersinar
terang. Saat pasukan panah sedang bersiap-siap mengarahkan anak panahnya ke
atas, tiba-tiba cahaya menyilaukan terpancar dari kereta tersebut. Mata para
samurai tidak bisa melihat dengan jelas. Pada saat itu seorang putri dari
kereta tersebut turun dan menjemput Putri Kaguya dari dalam rumah.
Sebelum meninggalkan kakek dan
neneknya, sang putri berpesan, “Kakek, Nenek! Jagalah kesehatan kalian. Terima
kasih banyak atas kasih sayang kalian selama ini. Aku akan selalu merindukan
kalian. Selamat tinggal!”
Putri
Kaguya pun akhirnya terbang ke angkasa tanpa dapat dihalangi lagi. Kakek dan
nenek sangat sedih melihat putri mereka satu-satunya meninggalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar